Minggu, 30 Desember 2012

Tujuh Aspek dan indikator Kompetensi Pedagogik

Tujuh Aspek dan Indikator Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta  didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.
Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.
Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7 (tujuh) aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang berkenaan penguasaan  kompetensi pedagogik. Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik beserta indikatornya:
A. Menguasai karakteristik peserta didik. Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya:
  1. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya,
  2. Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,
  3. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda,
  4. Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,
  5. Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik,
  6. Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolokolok, minder, dsb).
B. Menguasasi teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar:
  1. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
  2. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
  3. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,
  4. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik,
  5. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,
  6. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.
C. Pengembangan kurikulum. Guru mampu  menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru  mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik:
  1. Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum,
  2. Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,
  3. Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran,
  4. Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan seharihari peserta didik.
D. Kegiatan pembelajaran yang mendidik.  Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan  menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran:
  1. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,
  2. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan,
  3. Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,
  4. Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan sematamata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,
  5. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan seharihari peserta didik,
  6. Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik,
  7. Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif,
  8. Guru mampu audiovisual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,
  9. Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain,
  10. Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagaicontoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya, dan
  11. Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audiovisual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
E. Pengembangan potensi peserta didik. Guru mampu  menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program  embelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka:
  1. Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masingmasing.
  2. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masingmasing.
  3. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik.
  4.  Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.
  5. Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.
  6. Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing-masing.
  7. Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan.
F. Komunikasi dengan peserta didik. Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu  memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik:
  1. Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka.
  2. Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.
  3. Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.
  4. Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik.
  5. Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.
  6. Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap danrelevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.
G. Penilaian dan Evaluasi. Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya:
  1. Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.
  2. Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.
  3. Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masingmasing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.
  4. Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.
  5. Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

Sabtu, 29 Desember 2012

Sejarah Desa Sindangbarang Kec. Jalaksana Kab.Kuningan

Dari sebelah barat Desa Sindangbarang datanglah seorang Raja,yang namanya tidak dikenal (ada yang mengatakan bahwa beliau adalah Raja Majapahit).Kedatangan beliau ke desa Sindangbarang di ikuti bersama para senopati. Dalam peristirahatannya di Sindangbarang,beliau mendapatkan informasi bahwa disebelah utara Desa Sindangbarang ada seorang Raja yang bernama Rajadanu.Setelah Raja mendengar hal tersebut, Raja mengadakan musyawarah dengan para senopatinya mengenai barang. Barang yang dimaksud adalah barang pusaka kerajaan. Kemudian oleh raja  tempat ini di beri nama Sindangbarang.  Sindang yang berasal dari kata Sidang (musyawarah) dan barang yang berasal dari pusaka kerajaan.

            Sekitar tahun 1960 pada abad ke 17 di Desa Sindangbarang ada 3 orang tokoh yang memberikan perubahan disegala bidang mulai dari bidang pemerintahan, pertanian dan keagamaan. tiga orang tokoh tersebut adalah:
1.      Embah Buyut Cihideung (Giringsing Wayang) 
2.      Embah Buyut Gede/Gedong 
3.      Embah Buyut Mualim

Perjuangan Tiga Tokoh Desa Sindangbarang
Pada  suatu saat terjadi perebutan perbatasan wilayah, antara desa sindang barang dengan desa karangmangu, yaitu memperebutkan batas wilayah,, sebelah barat desa sindangbarang. Hal ini merupakan suatu bibit perselisihan antara dua desa (sindangbarang dengan karangmangu). Dikarenakan tidak adanya kesepahaman mengenai batas-batas wilayah yang ditentukan, maka terjadilah konfrontasi antara dua kubu (Desa Sindangbarang dan Kubu Desa Karangmangu). Alhasil dari konforntasi tersebuut pihak desa sindangbarang keluar sebagai pihak yang kuat (pemenang). Sekalipun pihak Karangmangu telah meminta bantuan dari pihak Desa Cikaso.
Maka dari kemenangannya tersebut dalam konfrontasi, Desa Sindangbarang memperoleh tambahan batas wilayah sekitar 50 meter dari batas lama.

Setelah perebutan batas wilayah sebelah barat desa sindangbarang selesai, kali ini terjadi lagi perebutan perbatasan wilayah utara desa sindangbarang. Wilayah sebelah utara desa sindanngbarang berbatasan dengan desa singkup.
Namun lagi-lagi pihak desa sindangbarang berada dalam kemenangan, berbekal kepandaian dan kepiawaian para tokoh pada waktu itu. Betapa tidak, untuk menentukan sebuah batas permainan “Adu Tarik Tambang”yang pada akhirnya dapat dimenangkan oleh sindangbarang. 
Pembagian tugas pembangunan desa 
Untuk menuju sebuah desa yang makmur maka dalam ini para tokoh(leluhur sekarang) berbagai tugas  dalam rangka membangun desa , pembagian tugas tersebut antara lain mencakup beberapa bidang :
1.      Bidang pemerintahan (dipegang oleh Embah Buyut Gede/ Gedong)
2.      Bidang Pertanian (dipegang oleh Embah Buyut Cihideung)
    3.  Bidang Keagamaan (dipegang oleh Embah Buyut Mualim)Kemudian ketiga Tokoh Desa SindangBarang itu menjalankan tugasnya masing-masing, sesu dengan pembagian tugas yang telah disepakati.
1.      Embah Buyut Cihideung
Dalam melakukan tugasnya dibidang pertanian, embah buyut cihideung memulai membuat saluran air Sindangbarang, yang airnya brinduk dari sungai Cilengkrang. Dalam membuat saluran air Sindangbarang, embah buyut Cihideung melakukannya seorang diri dan tidak menggunakan peralatan apapun, beliau membuat saluran air hanya dengan menggunakan kemaluannya sendiri. Hal ini merupakan kejadian yang sangat mustahil dilakukan, namun sumber ini didapat dari sesepuh desa Sindangbarang.
Setelah saluran air yang dibuat mendapatkan jarak sekitar 2,5 km, sampailah di lembah Cisuta, disana terdapat sebuah batu yang menghalangi saluran air, dan embah buyut Cihideung merasa berat dan sulit mengatasi masalah itu, sehngga embah buyut Cihideung merasa sedih dan putus harapan. Dalam kesedihannya itu, embah buyut Cihideung mengeluarkan air matanya, sehingga beliaupun mengelap tetesan air matanya yang bercucuran. Maka dilembah batu itu ada nama Cisuta yang berasal dari embah buyut Cihideung yang sedang mengelap air matanya. ( Cisuta = Nyusut Cimata ) yang berasal dari bahasa Sunda.
Sampai saat ini kenyataan itu masih ada, yaitu sebuah batu yang menonjol ke atas saluran air dan terdapat bekas mengikis (menatah), sehingga saluran air desa Sindangbarang sampai saat ini tetap mengalir.
Setelah itu embah buyut Cihideung meneruskan pekerjaannya, dan sampai dilembah susukan burung, saluran itu membelok kesebelah utara. Kemudian disana beliau berfikir, “Apakah saluran ini diterukan atau tidak, apabila saluran ini diteruskan kesebelah utara sepertinya akan sulit, karena ada tegalan (tanah darat)”, kemudian setelah mendapat jarak sekitar 10 m saluran tidak diteruskan. Maka disitu ada saluran yang tidak jadi, yang membelok kesebelah utara, dan tempat itu diberikan nama Susukan Burung. Susukan Burung berasal dari kata Susukan = saluran, dan Burung = tidak jadi. Sampai sekarang di tempat itu masih ada bekasnya, yaitu saluran air yang tidak diteruskan.
Embah buyut Cihieung meneruskan pembuatan saluran air kesebelah timur dan sampailah di lembah Kutagandok. Wakt itu hari sudah petang, kemudian beliau membuat sebuah kuta atau pilar tembok. Maksudnya untuk tempat bermalam di Kuta tersebut. Maka tempat tersebut diberi nama Kuyagandok yang berasal dari nama Kuta tempat bermalam (Kuta tilas Mondok).
Setelah berjuang berhari – hari selesailah tugas Embah Buyut Cihideung membuat saluran air Sindangbarng yang berinduk dari sungai Cilengkarang dan sampai sekarng airnya masih mengalir dan dapat mengairi sawah seluaskurang lebih 35 Hektar.
           Selesi melaksanakan tugasnya, tiba-tiba Embah Buyut Cihideung mendapat surat undangan dari leleuhur Desa Cikaso, diamna maksud undangan tersebut adalah agar menghadiri hiburan kesenian wwayang golek di Desa Cikaso, kemudian beliau menyaksikan pementasan kesenian wayang. Akan tetapi Embah Buyut Cihideung merasa kecewa, kaerna pementasan wayang tersebut alaur ceritanya mengisahkan tentang beliau sendiri. Semua kebakian dan keburukan yang dilakaukan oleh Embah Buyut Cihideung, diceritakan dalam cerita wayang tersebut.  Maka timbul rasa amarah yang tidak dapat dikendalikan lagi, segingga menimbulkan pertengkaran antara Embah Buyut Cihideung sesepuh Desa Cikaso.
           Dalam pertengkaran ini Embah Buyut Cihideung mengalami nasib yang malang, karena kali ini beliau mengalami kekalahan. Dalam kekalahannya Embah Buyut Cihideung mundur mendekati Desa Sindangbarang, kemudian beliau memberi amanat kepada masyarakat Desa Sindangbarang yang bunyinya : “wahai kepada seluruh masyarakat / rakyat desa sindangbarang, dilarang mengadakan hiburan kesenian wayang, apabila ada yang melanggarnya, maka akan terjadi ada suatu hal yang tak diinginkan!”.
           Setelah Embah Buyut Cihideung member amanat seperti itu kepada seluruh masyarakat Desa Sindangbarang, maka para masyarakat sindangbarang tiadak ada yang mengadakan hiburan kesenian wayang. Namaun suatu waktu ada salah seorang masyarakat yang mengadakan hiburan wayang, tiba-tiba terjadi ujan lebat dan angin yang sangat kencang, dan mengakibatkan bencana alam di Desa Sindangbarang.
           Akan tetapi terhitung dari tahun 1945 s/d 2007 (sekarang), sepertinya sudah ada izin Embah Buyut Cihideung untuk mengadakan pementasan wayang. Karena hamper semua masyarakat Desa Sindangbarang telah mengadakan hiburan wayang di rumah mereka masing-masing, dan tidak akan terjacihideundesa di apa-apa.  Namun dialaun-alaun dan dibalai Desa Sindangbarng belum pernah mengadakan hiburan pementasan wayang sapei sekarng.
Embah Buyut Cihieung terus mundur kesebelah timur,karena sesepuh desa cikaso
Terus mengejarnya. Kemudian sampailah di desa cihieudeng girang ,embah buyut cihideung melihat sebuah sumur kecil yg berisi air bersih, kemudian beliau menghampiri sumur tersebut dan bersembunyi itu . usaha penyelamatan dilakukan embah buyut cihideung benar –benar cerdik, karena desa cikaaso mengalami kebuntuan dalam melakukan pencarian embah buyut cihideung ini.
Sesepuh desa cikaso tidak menyerah dalam pencariannya ,beliau harus terusberusaha mencari persembunyain embah buyut cihideung pada akhirnya sesepuh desa cikaso menemukan sumur yg dipakai bersembunyi embah buyut cihideung akan tetapi sesepuh desa cikaso pada waktu itu tidak melihat apa pun didalam sumur itu , hanya melihat air sumur berwarna hitam dan gelap  . akibat dari sesepuh cikaso menjadi musuh embah buyut cihideung melihat air sumur berwarna hitam dan gelap,kemudian tempat ini diberi nama Sumur cihideung. Riwayat embah buyut cihideung berakhir di tempat ini, dan dikuburkan di tempat ini pula. Kemudian tempat ini di jadikan tempat bersejarah bagi masyarakat desa sindang barang letaknya di sebelah desa cihideung girang kecamatan cidahu.
2.Embah buyut gede/gedong
Embah buyut gede adalah seorang yang berilmu tinggi,dan merupakan dukun yang mahir. Beliau mempunyai dua orang penakawan yang bernama burun dan si dekel. Kedua orang ini berkekuan baik dan tunduk dan patuh terhadap peraturan Embah Buyut Gede.  Yang  disayangkan penakauan ini rupa dan bentuk tubuhnya  kurang normal. Pada waktu itu Embah Buyut Gede sedang memikirkan tentang pemerintahan desa,sebab  belum ada pengurusnya atau kuwu. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang gagah,baik hati srta berbuti luhur. Namanya tidak di kenal, namun datang ketempat si Embah Buyut Gede untuk bertemu, kemudian Embah Buyut Gede. Menerima kedatangan laki-laki asing tersebut dalam perbincangannya Embah Buyut gede bertanya pada si laki-laki itu.
            Embah Buyut : Wahai anak muda, kau datang kesini ada perlu apa? Dan dari mana asamu?
            Orang Asing : Saya datang kemari bermaksud memenuhi perintah ibuku dan asalku dari desa kalimanggis disana aku dengan ibuku bertempat tinggal. Dan aku datang kemari atas perintah ibuku untuk berguru disini dan ingin bertemu dengan ayahku.karena menurut ibuku, untuk menemui ayahku aku harus pergi dari kalimanggismeneuju ke sebelah barat, tepatnya desa Sindangbarang, kemudia temui Embah Buyut Gedong. Maka saya memenhi perintah ibuku kemari dan saya mohon diterima oleh Embah Buyut Gede untuk menjadi catrik.
Setelah Embah Buyut Gede mendengar keterangan tamunya itu, maka diterimalah ia dan dijadikan catriknya. Embah Buyut Gede telah lama memikirakan untuk memebuat suatu kepengurusan desa/kuwu, maka catrik itu merupakan suatu kebetulan, dan Embah Buyut Gede segera memebentuk kepengurusan desa/ kuwu , kemudian mengangkat catrik itu menjadai kuwu dan merngakap menjadi lebe. Maka catrik itu diberi nama Bewu berasal dari dua jabatan Lebe-Kuwu. Jabatan terakhir ini sampai beliau wafat yang dimakamkan di pekuburan lampegan, sebelah utara desa sindangbarang. Menurut cerita rakyat bahwa catrik bahwa catrik itu adalah putra selir dari tuenggung cikaso, beliau memepunyai selir seorang perempuan penduduk desa Klaimanggis, namaun penyusun tidak mengetahui nama asli tumenggung Cikaso dan selirnya itu.
Riwayat Embah Buyut Gede/Gedong wafat dan dimakamkan pekuburan lampegan dan seblah utara Desa Sindangbarang. Pada dahulu kala Sindangbarang tidak boleh mendirkan rumah gedong / permanen, karena Embah Buyut Gede merasa tersinggung dengan keadaan rumah seperti itu. Namun pada tahun 1967 Desa Sindangbarang akan merhab Mesjid yang akan dibangunn secara permanen, kemudaian kuwu / kepala desa sindangbarang yang dijabat oleh bapa Kuacang (Perwatadijaya) berjarak ke makam Embah Buyut Gedong untuk memohon izin untuk merehab masjid secara permanen. Kuwu / Kepala Desa Sindangbarng ditemani oleh seorang yang bernama Karta Darnyah, setibanya dimakam embah mereka bersemedi. Kemudian alhasil merka mendapat ilham, bahwa di Desa Sindangbarang sudah dizinkan untuk menndiraikan Masjid permanen. Masjid kemudian direhab yang tadinya terbuat dari bilik-bilik bambu, dibangun menjadi bangunan permanen. Sejak saat iu, tepatnya pada tahun 1967 di Desa Sindangbarang telah banyak yang merehab dan membuat rumah gedong (tembok permanen) sampai sekarang (2007) hamper mencapai 95%

2.      Embah Buyut Mualim
Perjungan Embah Buyut Mualim ini tidak bisa disumcerItakatian secara rinci, karena penyusunan tidak mendapatkan sumber-sumber yang jelas tentang perjuangan mbah buyut mualim namun pada dasarnya mbah buyut mualim telah banyak memperjuangkan desa sindang barang sehingga masyarakat desa sindang barang memiliki nilai-nilai keagamaan yang kuat. Mbah buyut mualim wafat dan dimakamkan di perkuburan Kiara Koneng, sebelah barat laut desa sindang barang.

 DAFTAR PEJABAT PEMERINTAH DESA ( KUWU)
DESA SINDANGBARANG

1.Embah bewu ke  - I              : Kuwu yang  pertama ( lamanya tidak di kenal )
2.Embah bewu  ke – II           : Kuwu yang  Kedua    ( lamanya tidak di kenal )
3.Bapak Landros                    : Kuwu yang ketiga      ( lamanya tidak di kenal )
4.Bapak Gauk                         : kuwu  yang ke empat ( lamanya tidak di kenal )
5.Bapak Ijang                         : Kuwu yang lima       ( lamanya tidak di kenal ) 
6.Bapak Lentab                       : Kuwu yang enam       ( lamanya tidak di kenal ) 
7.Bapak Parta                         : Kuwu yang tujuh       ( lamanya tidak di kenal ) 
8.Bapak Madrang                   : Kuwu yang delapan  ( lamanya tidak di kenal ) 
9.Bapak kuacang                     : Kuwu yang sembilan            ( 1945   s/d    1967 ) 
    10.Bapak sumardi                     : Kuwu yang sepuluh             ( 1967   s/d    1978 ) 
    11.Bapak Arif Sulaeman          : Kuwu yang sebelas               ( 1979   s/d    1990 ) 
    12.Bapak Dirja                         : Kuwu yang dua belas           ( 1990   s/d    1999 ) 
    13.Bapak Affandi                      : Kuwu yang ketiga belas        ( 1999  s/d    2004 ) 
    14.Bapak Suryandi                   : Kuwu yang lima belas          ( 2007  s/d             )