Sabtu, 29 Desember 2012

Sejarah Desa Sindangbarang Kec. Jalaksana Kab.Kuningan

Dari sebelah barat Desa Sindangbarang datanglah seorang Raja,yang namanya tidak dikenal (ada yang mengatakan bahwa beliau adalah Raja Majapahit).Kedatangan beliau ke desa Sindangbarang di ikuti bersama para senopati. Dalam peristirahatannya di Sindangbarang,beliau mendapatkan informasi bahwa disebelah utara Desa Sindangbarang ada seorang Raja yang bernama Rajadanu.Setelah Raja mendengar hal tersebut, Raja mengadakan musyawarah dengan para senopatinya mengenai barang. Barang yang dimaksud adalah barang pusaka kerajaan. Kemudian oleh raja  tempat ini di beri nama Sindangbarang.  Sindang yang berasal dari kata Sidang (musyawarah) dan barang yang berasal dari pusaka kerajaan.

            Sekitar tahun 1960 pada abad ke 17 di Desa Sindangbarang ada 3 orang tokoh yang memberikan perubahan disegala bidang mulai dari bidang pemerintahan, pertanian dan keagamaan. tiga orang tokoh tersebut adalah:
1.      Embah Buyut Cihideung (Giringsing Wayang) 
2.      Embah Buyut Gede/Gedong 
3.      Embah Buyut Mualim

Perjuangan Tiga Tokoh Desa Sindangbarang
Pada  suatu saat terjadi perebutan perbatasan wilayah, antara desa sindang barang dengan desa karangmangu, yaitu memperebutkan batas wilayah,, sebelah barat desa sindangbarang. Hal ini merupakan suatu bibit perselisihan antara dua desa (sindangbarang dengan karangmangu). Dikarenakan tidak adanya kesepahaman mengenai batas-batas wilayah yang ditentukan, maka terjadilah konfrontasi antara dua kubu (Desa Sindangbarang dan Kubu Desa Karangmangu). Alhasil dari konforntasi tersebuut pihak desa sindangbarang keluar sebagai pihak yang kuat (pemenang). Sekalipun pihak Karangmangu telah meminta bantuan dari pihak Desa Cikaso.
Maka dari kemenangannya tersebut dalam konfrontasi, Desa Sindangbarang memperoleh tambahan batas wilayah sekitar 50 meter dari batas lama.

Setelah perebutan batas wilayah sebelah barat desa sindangbarang selesai, kali ini terjadi lagi perebutan perbatasan wilayah utara desa sindangbarang. Wilayah sebelah utara desa sindanngbarang berbatasan dengan desa singkup.
Namun lagi-lagi pihak desa sindangbarang berada dalam kemenangan, berbekal kepandaian dan kepiawaian para tokoh pada waktu itu. Betapa tidak, untuk menentukan sebuah batas permainan “Adu Tarik Tambang”yang pada akhirnya dapat dimenangkan oleh sindangbarang. 
Pembagian tugas pembangunan desa 
Untuk menuju sebuah desa yang makmur maka dalam ini para tokoh(leluhur sekarang) berbagai tugas  dalam rangka membangun desa , pembagian tugas tersebut antara lain mencakup beberapa bidang :
1.      Bidang pemerintahan (dipegang oleh Embah Buyut Gede/ Gedong)
2.      Bidang Pertanian (dipegang oleh Embah Buyut Cihideung)
    3.  Bidang Keagamaan (dipegang oleh Embah Buyut Mualim)Kemudian ketiga Tokoh Desa SindangBarang itu menjalankan tugasnya masing-masing, sesu dengan pembagian tugas yang telah disepakati.
1.      Embah Buyut Cihideung
Dalam melakukan tugasnya dibidang pertanian, embah buyut cihideung memulai membuat saluran air Sindangbarang, yang airnya brinduk dari sungai Cilengkrang. Dalam membuat saluran air Sindangbarang, embah buyut Cihideung melakukannya seorang diri dan tidak menggunakan peralatan apapun, beliau membuat saluran air hanya dengan menggunakan kemaluannya sendiri. Hal ini merupakan kejadian yang sangat mustahil dilakukan, namun sumber ini didapat dari sesepuh desa Sindangbarang.
Setelah saluran air yang dibuat mendapatkan jarak sekitar 2,5 km, sampailah di lembah Cisuta, disana terdapat sebuah batu yang menghalangi saluran air, dan embah buyut Cihideung merasa berat dan sulit mengatasi masalah itu, sehngga embah buyut Cihideung merasa sedih dan putus harapan. Dalam kesedihannya itu, embah buyut Cihideung mengeluarkan air matanya, sehingga beliaupun mengelap tetesan air matanya yang bercucuran. Maka dilembah batu itu ada nama Cisuta yang berasal dari embah buyut Cihideung yang sedang mengelap air matanya. ( Cisuta = Nyusut Cimata ) yang berasal dari bahasa Sunda.
Sampai saat ini kenyataan itu masih ada, yaitu sebuah batu yang menonjol ke atas saluran air dan terdapat bekas mengikis (menatah), sehingga saluran air desa Sindangbarang sampai saat ini tetap mengalir.
Setelah itu embah buyut Cihideung meneruskan pekerjaannya, dan sampai dilembah susukan burung, saluran itu membelok kesebelah utara. Kemudian disana beliau berfikir, “Apakah saluran ini diterukan atau tidak, apabila saluran ini diteruskan kesebelah utara sepertinya akan sulit, karena ada tegalan (tanah darat)”, kemudian setelah mendapat jarak sekitar 10 m saluran tidak diteruskan. Maka disitu ada saluran yang tidak jadi, yang membelok kesebelah utara, dan tempat itu diberikan nama Susukan Burung. Susukan Burung berasal dari kata Susukan = saluran, dan Burung = tidak jadi. Sampai sekarang di tempat itu masih ada bekasnya, yaitu saluran air yang tidak diteruskan.
Embah buyut Cihieung meneruskan pembuatan saluran air kesebelah timur dan sampailah di lembah Kutagandok. Wakt itu hari sudah petang, kemudian beliau membuat sebuah kuta atau pilar tembok. Maksudnya untuk tempat bermalam di Kuta tersebut. Maka tempat tersebut diberi nama Kuyagandok yang berasal dari nama Kuta tempat bermalam (Kuta tilas Mondok).
Setelah berjuang berhari – hari selesailah tugas Embah Buyut Cihideung membuat saluran air Sindangbarng yang berinduk dari sungai Cilengkarang dan sampai sekarng airnya masih mengalir dan dapat mengairi sawah seluaskurang lebih 35 Hektar.
           Selesi melaksanakan tugasnya, tiba-tiba Embah Buyut Cihideung mendapat surat undangan dari leleuhur Desa Cikaso, diamna maksud undangan tersebut adalah agar menghadiri hiburan kesenian wwayang golek di Desa Cikaso, kemudian beliau menyaksikan pementasan kesenian wayang. Akan tetapi Embah Buyut Cihideung merasa kecewa, kaerna pementasan wayang tersebut alaur ceritanya mengisahkan tentang beliau sendiri. Semua kebakian dan keburukan yang dilakaukan oleh Embah Buyut Cihideung, diceritakan dalam cerita wayang tersebut.  Maka timbul rasa amarah yang tidak dapat dikendalikan lagi, segingga menimbulkan pertengkaran antara Embah Buyut Cihideung sesepuh Desa Cikaso.
           Dalam pertengkaran ini Embah Buyut Cihideung mengalami nasib yang malang, karena kali ini beliau mengalami kekalahan. Dalam kekalahannya Embah Buyut Cihideung mundur mendekati Desa Sindangbarang, kemudian beliau memberi amanat kepada masyarakat Desa Sindangbarang yang bunyinya : “wahai kepada seluruh masyarakat / rakyat desa sindangbarang, dilarang mengadakan hiburan kesenian wayang, apabila ada yang melanggarnya, maka akan terjadi ada suatu hal yang tak diinginkan!”.
           Setelah Embah Buyut Cihideung member amanat seperti itu kepada seluruh masyarakat Desa Sindangbarang, maka para masyarakat sindangbarang tiadak ada yang mengadakan hiburan kesenian wayang. Namaun suatu waktu ada salah seorang masyarakat yang mengadakan hiburan wayang, tiba-tiba terjadi ujan lebat dan angin yang sangat kencang, dan mengakibatkan bencana alam di Desa Sindangbarang.
           Akan tetapi terhitung dari tahun 1945 s/d 2007 (sekarang), sepertinya sudah ada izin Embah Buyut Cihideung untuk mengadakan pementasan wayang. Karena hamper semua masyarakat Desa Sindangbarang telah mengadakan hiburan wayang di rumah mereka masing-masing, dan tidak akan terjacihideundesa di apa-apa.  Namun dialaun-alaun dan dibalai Desa Sindangbarng belum pernah mengadakan hiburan pementasan wayang sapei sekarng.
Embah Buyut Cihieung terus mundur kesebelah timur,karena sesepuh desa cikaso
Terus mengejarnya. Kemudian sampailah di desa cihieudeng girang ,embah buyut cihideung melihat sebuah sumur kecil yg berisi air bersih, kemudian beliau menghampiri sumur tersebut dan bersembunyi itu . usaha penyelamatan dilakukan embah buyut cihideung benar –benar cerdik, karena desa cikaaso mengalami kebuntuan dalam melakukan pencarian embah buyut cihideung ini.
Sesepuh desa cikaso tidak menyerah dalam pencariannya ,beliau harus terusberusaha mencari persembunyain embah buyut cihideung pada akhirnya sesepuh desa cikaso menemukan sumur yg dipakai bersembunyi embah buyut cihideung akan tetapi sesepuh desa cikaso pada waktu itu tidak melihat apa pun didalam sumur itu , hanya melihat air sumur berwarna hitam dan gelap  . akibat dari sesepuh cikaso menjadi musuh embah buyut cihideung melihat air sumur berwarna hitam dan gelap,kemudian tempat ini diberi nama Sumur cihideung. Riwayat embah buyut cihideung berakhir di tempat ini, dan dikuburkan di tempat ini pula. Kemudian tempat ini di jadikan tempat bersejarah bagi masyarakat desa sindang barang letaknya di sebelah desa cihideung girang kecamatan cidahu.
2.Embah buyut gede/gedong
Embah buyut gede adalah seorang yang berilmu tinggi,dan merupakan dukun yang mahir. Beliau mempunyai dua orang penakawan yang bernama burun dan si dekel. Kedua orang ini berkekuan baik dan tunduk dan patuh terhadap peraturan Embah Buyut Gede.  Yang  disayangkan penakauan ini rupa dan bentuk tubuhnya  kurang normal. Pada waktu itu Embah Buyut Gede sedang memikirkan tentang pemerintahan desa,sebab  belum ada pengurusnya atau kuwu. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang gagah,baik hati srta berbuti luhur. Namanya tidak di kenal, namun datang ketempat si Embah Buyut Gede untuk bertemu, kemudian Embah Buyut Gede. Menerima kedatangan laki-laki asing tersebut dalam perbincangannya Embah Buyut gede bertanya pada si laki-laki itu.
            Embah Buyut : Wahai anak muda, kau datang kesini ada perlu apa? Dan dari mana asamu?
            Orang Asing : Saya datang kemari bermaksud memenuhi perintah ibuku dan asalku dari desa kalimanggis disana aku dengan ibuku bertempat tinggal. Dan aku datang kemari atas perintah ibuku untuk berguru disini dan ingin bertemu dengan ayahku.karena menurut ibuku, untuk menemui ayahku aku harus pergi dari kalimanggismeneuju ke sebelah barat, tepatnya desa Sindangbarang, kemudia temui Embah Buyut Gedong. Maka saya memenhi perintah ibuku kemari dan saya mohon diterima oleh Embah Buyut Gede untuk menjadi catrik.
Setelah Embah Buyut Gede mendengar keterangan tamunya itu, maka diterimalah ia dan dijadikan catriknya. Embah Buyut Gede telah lama memikirakan untuk memebuat suatu kepengurusan desa/kuwu, maka catrik itu merupakan suatu kebetulan, dan Embah Buyut Gede segera memebentuk kepengurusan desa/ kuwu , kemudian mengangkat catrik itu menjadai kuwu dan merngakap menjadi lebe. Maka catrik itu diberi nama Bewu berasal dari dua jabatan Lebe-Kuwu. Jabatan terakhir ini sampai beliau wafat yang dimakamkan di pekuburan lampegan, sebelah utara desa sindangbarang. Menurut cerita rakyat bahwa catrik bahwa catrik itu adalah putra selir dari tuenggung cikaso, beliau memepunyai selir seorang perempuan penduduk desa Klaimanggis, namaun penyusun tidak mengetahui nama asli tumenggung Cikaso dan selirnya itu.
Riwayat Embah Buyut Gede/Gedong wafat dan dimakamkan pekuburan lampegan dan seblah utara Desa Sindangbarang. Pada dahulu kala Sindangbarang tidak boleh mendirkan rumah gedong / permanen, karena Embah Buyut Gede merasa tersinggung dengan keadaan rumah seperti itu. Namun pada tahun 1967 Desa Sindangbarang akan merhab Mesjid yang akan dibangunn secara permanen, kemudaian kuwu / kepala desa sindangbarang yang dijabat oleh bapa Kuacang (Perwatadijaya) berjarak ke makam Embah Buyut Gedong untuk memohon izin untuk merehab masjid secara permanen. Kuwu / Kepala Desa Sindangbarng ditemani oleh seorang yang bernama Karta Darnyah, setibanya dimakam embah mereka bersemedi. Kemudian alhasil merka mendapat ilham, bahwa di Desa Sindangbarang sudah dizinkan untuk menndiraikan Masjid permanen. Masjid kemudian direhab yang tadinya terbuat dari bilik-bilik bambu, dibangun menjadi bangunan permanen. Sejak saat iu, tepatnya pada tahun 1967 di Desa Sindangbarang telah banyak yang merehab dan membuat rumah gedong (tembok permanen) sampai sekarang (2007) hamper mencapai 95%

2.      Embah Buyut Mualim
Perjungan Embah Buyut Mualim ini tidak bisa disumcerItakatian secara rinci, karena penyusunan tidak mendapatkan sumber-sumber yang jelas tentang perjuangan mbah buyut mualim namun pada dasarnya mbah buyut mualim telah banyak memperjuangkan desa sindang barang sehingga masyarakat desa sindang barang memiliki nilai-nilai keagamaan yang kuat. Mbah buyut mualim wafat dan dimakamkan di perkuburan Kiara Koneng, sebelah barat laut desa sindang barang.

 DAFTAR PEJABAT PEMERINTAH DESA ( KUWU)
DESA SINDANGBARANG

1.Embah bewu ke  - I              : Kuwu yang  pertama ( lamanya tidak di kenal )
2.Embah bewu  ke – II           : Kuwu yang  Kedua    ( lamanya tidak di kenal )
3.Bapak Landros                    : Kuwu yang ketiga      ( lamanya tidak di kenal )
4.Bapak Gauk                         : kuwu  yang ke empat ( lamanya tidak di kenal )
5.Bapak Ijang                         : Kuwu yang lima       ( lamanya tidak di kenal ) 
6.Bapak Lentab                       : Kuwu yang enam       ( lamanya tidak di kenal ) 
7.Bapak Parta                         : Kuwu yang tujuh       ( lamanya tidak di kenal ) 
8.Bapak Madrang                   : Kuwu yang delapan  ( lamanya tidak di kenal ) 
9.Bapak kuacang                     : Kuwu yang sembilan            ( 1945   s/d    1967 ) 
    10.Bapak sumardi                     : Kuwu yang sepuluh             ( 1967   s/d    1978 ) 
    11.Bapak Arif Sulaeman          : Kuwu yang sebelas               ( 1979   s/d    1990 ) 
    12.Bapak Dirja                         : Kuwu yang dua belas           ( 1990   s/d    1999 ) 
    13.Bapak Affandi                      : Kuwu yang ketiga belas        ( 1999  s/d    2004 ) 
    14.Bapak Suryandi                   : Kuwu yang lima belas          ( 2007  s/d             )  



5 komentar:

  1. Sebagai rasa cinta terhadap tanah kelahiran

    BalasHapus
  2. Ass....kang mohon sekedar share klo untuk sejarah kebon balong yg berlokasi sblh utara sindang barang akang tau tdk, krn dri dl sampai sekarang sumur di kebon balong di keramatkan oleh orang cirebon

    BalasHapus
  3. Ass....kang mohon sekedar share klo untuk sejarah kebon balong yg berlokasi sblh utara sindang barang akang tau tdk, krn dri dl sampai sekarang sumur di kebon balong di keramatkan oleh orang cirebon

    BalasHapus