Dari sebelah barat Desa
Sindangbarang datanglah seorang Raja,yang namanya tidak dikenal (ada yang
mengatakan bahwa beliau adalah Raja Majapahit).Kedatangan beliau ke desa
Sindangbarang di ikuti bersama para senopati. Dalam peristirahatannya
di Sindangbarang,beliau mendapatkan informasi bahwa disebelah utara Desa
Sindangbarang ada seorang Raja yang bernama Rajadanu.Setelah Raja mendengar hal
tersebut, Raja mengadakan musyawarah dengan para senopatinya mengenai barang. Barang yang dimaksud adalah barang pusaka kerajaan. Kemudian oleh raja tempat ini di beri nama Sindangbarang.
Sindang yang berasal dari kata Sidang (musyawarah) dan barang yang berasal dari pusaka kerajaan.
Sekitar
tahun 1960 pada abad ke 17 di Desa Sindangbarang ada 3 orang tokoh yang memberikan perubahan disegala bidang mulai dari bidang pemerintahan, pertanian dan keagamaan. tiga orang tokoh tersebut adalah:
1. Embah Buyut
Cihideung (Giringsing Wayang)
2. Embah Buyut
Gede/Gedong
3. Embah Buyut
Mualim
Perjuangan Tiga Tokoh Desa Sindangbarang
Pada suatu saat terjadi perebutan perbatasan
wilayah, antara desa sindang barang dengan desa karangmangu, yaitu
memperebutkan batas wilayah,, sebelah barat desa sindangbarang. Hal ini
merupakan suatu bibit perselisihan antara dua desa (sindangbarang dengan
karangmangu). Dikarenakan tidak adanya kesepahaman mengenai batas-batas wilayah
yang ditentukan, maka terjadilah konfrontasi antara dua kubu (Desa
Sindangbarang dan Kubu Desa Karangmangu). Alhasil dari konforntasi tersebuut
pihak desa sindangbarang keluar sebagai pihak yang kuat (pemenang). Sekalipun
pihak Karangmangu telah meminta bantuan dari pihak Desa Cikaso.
Maka dari kemenangannya
tersebut dalam konfrontasi, Desa Sindangbarang memperoleh tambahan batas
wilayah sekitar 50 meter dari batas lama.
Setelah perebutan batas
wilayah sebelah barat desa sindangbarang selesai, kali ini terjadi lagi
perebutan perbatasan wilayah utara desa sindangbarang. Wilayah sebelah utara
desa sindanngbarang berbatasan dengan desa singkup.
Namun lagi-lagi pihak
desa sindangbarang berada dalam kemenangan, berbekal kepandaian dan kepiawaian
para tokoh pada waktu itu. Betapa tidak, untuk menentukan sebuah batas
permainan “Adu Tarik Tambang”yang
pada akhirnya dapat dimenangkan oleh sindangbarang.
Pembagian tugas
pembangunan desa
Untuk menuju sebuah
desa yang makmur maka dalam ini para tokoh(leluhur sekarang) berbagai tugas
dalam rangka membangun desa , pembagian tugas tersebut antara lain mencakup
beberapa bidang :
1. Bidang
pemerintahan (dipegang oleh Embah Buyut
Gede/ Gedong)
2. Bidang
Pertanian (dipegang oleh Embah Buyut
Cihideung)
3. Bidang
Keagamaan (dipegang oleh Embah Buyut
Mualim)Kemudian ketiga Tokoh
Desa SindangBarang itu menjalankan tugasnya masing-masing, sesu dengan
pembagian tugas yang telah disepakati.
1.
Embah
Buyut Cihideung
Dalam melakukan tugasnya dibidang
pertanian, embah buyut cihideung memulai membuat saluran air Sindangbarang,
yang airnya brinduk dari sungai Cilengkrang. Dalam membuat saluran air
Sindangbarang, embah buyut Cihideung melakukannya seorang diri dan tidak
menggunakan peralatan apapun, beliau membuat saluran air hanya dengan
menggunakan kemaluannya sendiri. Hal ini merupakan kejadian yang sangat
mustahil dilakukan, namun sumber ini didapat dari sesepuh desa Sindangbarang.
Setelah saluran air yang dibuat
mendapatkan jarak sekitar 2,5 km, sampailah di lembah Cisuta, disana terdapat
sebuah batu yang menghalangi saluran air, dan embah buyut Cihideung merasa
berat dan sulit mengatasi masalah itu, sehngga embah buyut Cihideung merasa
sedih dan putus harapan. Dalam kesedihannya itu, embah buyut Cihideung
mengeluarkan air matanya, sehingga beliaupun mengelap tetesan air matanya yang
bercucuran. Maka dilembah batu itu ada nama Cisuta yang berasal dari embah
buyut Cihideung yang sedang mengelap air matanya. ( Cisuta = Nyusut Cimata )
yang berasal dari bahasa Sunda.
Sampai saat ini kenyataan itu masih
ada, yaitu sebuah batu yang menonjol ke atas saluran air dan terdapat bekas
mengikis (menatah), sehingga saluran air desa Sindangbarang sampai saat ini
tetap mengalir.
Setelah itu embah buyut Cihideung meneruskan
pekerjaannya, dan sampai dilembah susukan burung, saluran itu membelok
kesebelah utara. Kemudian disana beliau berfikir, “Apakah saluran ini diterukan
atau tidak, apabila saluran ini diteruskan kesebelah utara sepertinya akan
sulit, karena ada tegalan (tanah darat)”, kemudian setelah mendapat jarak
sekitar 10 m saluran tidak diteruskan. Maka disitu ada saluran yang tidak jadi,
yang membelok kesebelah utara, dan tempat itu diberikan nama Susukan Burung.
Susukan Burung berasal dari kata Susukan = saluran, dan Burung = tidak jadi.
Sampai sekarang di tempat itu masih ada bekasnya, yaitu saluran air yang tidak
diteruskan.
Embah buyut Cihieung meneruskan
pembuatan saluran air kesebelah timur dan sampailah di lembah Kutagandok. Wakt
itu hari sudah petang, kemudian beliau membuat sebuah kuta atau pilar tembok.
Maksudnya untuk tempat bermalam di Kuta tersebut. Maka tempat tersebut diberi
nama Kuyagandok yang berasal dari nama Kuta tempat bermalam (Kuta tilas
Mondok).
Setelah berjuang
berhari – hari selesailah tugas Embah Buyut Cihideung membuat saluran air
Sindangbarng yang berinduk dari sungai Cilengkarang dan sampai sekarng airnya
masih mengalir dan dapat mengairi sawah seluaskurang lebih 35 Hektar.
Selesi melaksanakan tugasnya,
tiba-tiba Embah Buyut Cihideung mendapat surat
undangan dari leleuhur Desa Cikaso, diamna maksud undangan tersebut adalah agar
menghadiri hiburan kesenian wwayang golek di Desa Cikaso, kemudian beliau
menyaksikan pementasan kesenian wayang. Akan tetapi Embah Buyut Cihideung
merasa kecewa, kaerna pementasan wayang tersebut alaur ceritanya mengisahkan
tentang beliau sendiri. Semua kebakian dan keburukan yang dilakaukan oleh Embah
Buyut Cihideung, diceritakan dalam cerita wayang tersebut. Maka timbul rasa amarah yang tidak dapat
dikendalikan lagi, segingga menimbulkan pertengkaran antara Embah Buyut
Cihideung sesepuh Desa Cikaso.
Dalam pertengkaran ini Embah Buyut
Cihideung mengalami nasib yang malang,
karena kali ini beliau mengalami kekalahan. Dalam kekalahannya Embah Buyut
Cihideung mundur mendekati Desa Sindangbarang, kemudian beliau memberi amanat
kepada masyarakat Desa Sindangbarang yang bunyinya : “wahai kepada seluruh
masyarakat / rakyat desa sindangbarang, dilarang mengadakan hiburan kesenian
wayang, apabila ada yang melanggarnya, maka akan terjadi ada suatu hal yang tak
diinginkan!”.
Setelah Embah Buyut Cihideung member
amanat seperti itu kepada seluruh masyarakat Desa Sindangbarang, maka para
masyarakat sindangbarang tiadak ada yang mengadakan hiburan kesenian wayang.
Namaun suatu waktu ada salah seorang masyarakat yang mengadakan hiburan wayang,
tiba-tiba terjadi ujan lebat dan angin yang sangat kencang, dan mengakibatkan
bencana alam di Desa Sindangbarang.
Akan tetapi terhitung dari tahun 1945
s/d 2007 (sekarang), sepertinya sudah ada izin Embah Buyut Cihideung untuk
mengadakan pementasan wayang. Karena hamper semua masyarakat Desa Sindangbarang
telah mengadakan hiburan wayang di rumah mereka masing-masing, dan tidak akan
terjacihideundesa di apa-apa. Namun
dialaun-alaun dan dibalai Desa Sindangbarng belum pernah mengadakan hiburan
pementasan wayang sapei sekarng.
Embah
Buyut Cihieung terus mundur kesebelah timur,karena sesepuh desa cikaso
Terus
mengejarnya. Kemudian sampailah di desa cihieudeng girang ,embah buyut
cihideung melihat sebuah sumur kecil yg berisi air bersih, kemudian beliau
menghampiri sumur tersebut dan bersembunyi itu . usaha penyelamatan dilakukan
embah buyut cihideung benar –benar cerdik, karena desa cikaaso mengalami
kebuntuan dalam melakukan pencarian embah buyut cihideung ini.
Sesepuh
desa cikaso tidak menyerah dalam pencariannya ,beliau harus terusberusaha
mencari persembunyain embah buyut cihideung pada akhirnya sesepuh desa cikaso
menemukan sumur yg dipakai bersembunyi embah buyut cihideung akan tetapi
sesepuh desa cikaso pada waktu itu tidak melihat apa pun didalam sumur itu ,
hanya melihat air sumur berwarna hitam dan gelap . akibat dari sesepuh cikaso menjadi musuh
embah buyut cihideung melihat air sumur berwarna hitam dan gelap,kemudian
tempat ini diberi nama Sumur cihideung. Riwayat embah buyut cihideung berakhir
di tempat ini, dan dikuburkan di tempat ini pula. Kemudian tempat ini di
jadikan tempat bersejarah bagi masyarakat desa sindang barang letaknya di
sebelah desa cihideung girang kecamatan cidahu.
2.Embah buyut gede/gedong
Embah buyut gede adalah seorang yang berilmu
tinggi,dan merupakan dukun yang mahir. Beliau mempunyai dua orang penakawan
yang bernama burun dan si dekel. Kedua orang ini berkekuan baik dan tunduk dan
patuh terhadap peraturan Embah Buyut Gede. Yang
disayangkan penakauan ini rupa dan bentuk tubuhnya kurang normal. Pada waktu itu Embah Buyut
Gede sedang memikirkan tentang pemerintahan desa,sebab belum ada pengurusnya atau kuwu. Tiba-tiba
datanglah seorang laki-laki yang gagah,baik hati srta berbuti luhur. Namanya
tidak di kenal, namun datang ketempat si Embah Buyut Gede untuk bertemu,
kemudian Embah Buyut Gede. Menerima kedatangan laki-laki asing tersebut dalam
perbincangannya Embah Buyut gede bertanya pada si laki-laki itu.
Embah
Buyut : Wahai anak muda, kau datang kesini ada perlu apa? Dan dari mana asamu?
Orang
Asing : Saya datang kemari bermaksud memenuhi perintah ibuku dan asalku dari
desa kalimanggis disana aku dengan ibuku bertempat tinggal. Dan aku datang
kemari atas perintah ibuku untuk berguru disini dan ingin bertemu dengan
ayahku.karena menurut ibuku, untuk menemui ayahku aku harus pergi dari
kalimanggismeneuju ke sebelah barat, tepatnya desa Sindangbarang, kemudia temui
Embah Buyut Gedong. Maka saya memenhi perintah ibuku kemari dan saya mohon
diterima oleh Embah Buyut Gede untuk menjadi catrik.
Setelah Embah Buyut Gede mendengar
keterangan tamunya itu, maka diterimalah ia dan dijadikan catriknya. Embah
Buyut Gede telah lama memikirakan untuk memebuat suatu kepengurusan desa/kuwu,
maka catrik itu merupakan suatu kebetulan, dan Embah Buyut Gede segera
memebentuk kepengurusan desa/ kuwu , kemudian mengangkat catrik itu menjadai
kuwu dan merngakap menjadi lebe. Maka catrik itu diberi nama Bewu berasal dari
dua jabatan Lebe-Kuwu. Jabatan terakhir ini sampai beliau wafat yang dimakamkan
di pekuburan lampegan, sebelah utara desa sindangbarang. Menurut cerita rakyat
bahwa catrik bahwa catrik itu adalah putra selir dari tuenggung cikaso, beliau
memepunyai selir seorang perempuan penduduk desa Klaimanggis, namaun penyusun
tidak mengetahui nama asli tumenggung Cikaso dan selirnya itu.
Riwayat Embah Buyut
Gede/Gedong wafat dan dimakamkan pekuburan lampegan dan seblah utara Desa
Sindangbarang. Pada dahulu kala Sindangbarang tidak boleh mendirkan rumah
gedong / permanen, karena Embah Buyut Gede merasa tersinggung dengan keadaan
rumah seperti itu. Namun pada tahun 1967 Desa Sindangbarang akan merhab Mesjid
yang akan dibangunn secara permanen, kemudaian kuwu / kepala desa sindangbarang
yang dijabat oleh bapa Kuacang (Perwatadijaya) berjarak ke makam Embah Buyut
Gedong untuk memohon izin untuk merehab masjid secara permanen. Kuwu / Kepala
Desa Sindangbarng ditemani oleh seorang yang bernama Karta Darnyah, setibanya
dimakam embah mereka bersemedi. Kemudian alhasil merka mendapat ilham, bahwa di
Desa Sindangbarang sudah dizinkan untuk menndiraikan Masjid permanen. Masjid
kemudian direhab yang tadinya terbuat dari bilik-bilik bambu, dibangun menjadi
bangunan permanen. Sejak saat iu, tepatnya pada tahun 1967 di Desa
Sindangbarang telah banyak yang merehab dan membuat rumah gedong (tembok
permanen) sampai sekarang (2007) hamper mencapai 95%
2.
Embah
Buyut Mualim
Perjungan Embah Buyut Mualim ini tidak bisa disumcerItakatian
secara rinci, karena penyusunan tidak mendapatkan sumber-sumber yang jelas
tentang perjuangan mbah buyut mualim namun pada dasarnya mbah buyut mualim
telah banyak memperjuangkan desa sindang barang sehingga masyarakat desa
sindang barang memiliki nilai-nilai keagamaan yang kuat. Mbah buyut mualim
wafat dan dimakamkan di perkuburan Kiara Koneng, sebelah barat laut desa
sindang barang.
DAFTAR
PEJABAT PEMERINTAH DESA ( KUWU)
DESA
SINDANGBARANG
1.Embah
bewu ke
- I : Kuwu yang pertama ( lamanya tidak di kenal )
2.Embah
bewu
ke – II : Kuwu
yang Kedua ( lamanya tidak di kenal )
3.Bapak
Landros : Kuwu yang ketiga
( lamanya tidak di kenal )
4.Bapak
Gauk :
kuwu yang ke empat ( lamanya tidak di kenal )
5.Bapak
Ijang : Kuwu yang lima ( lamanya tidak di kenal )
6.Bapak
Lentab : Kuwu yang enam ( lamanya tidak di kenal )
7.Bapak
Parta : Kuwu
yang tujuh ( lamanya tidak di kenal
)
8.Bapak
Madrang : Kuwu yang delapan
(
lamanya tidak di kenal )
9.Bapak
kuacang :
Kuwu yang sembilan (
1945 s/d 1967 )
10.Bapak sumardi : Kuwu yang sepuluh ( 1967 s/d
1978 )
11.Bapak Arif Sulaeman :
Kuwu yang sebelas ( 1979 s/d
1990 )
12.Bapak Dirja :
Kuwu yang dua belas ( 1990 s/d
1999 )
13.Bapak Affandi : Kuwu yang ketiga belas ( 1999 s/d
2004 )
14.Bapak Suryandi :
Kuwu yang lima
belas ( 2007 s/d
)
Sebagai rasa cinta terhadap tanah kelahiran
BalasHapusAss....kang mohon sekedar share klo untuk sejarah kebon balong yg berlokasi sblh utara sindang barang akang tau tdk, krn dri dl sampai sekarang sumur di kebon balong di keramatkan oleh orang cirebon
BalasHapusAss....kang mohon sekedar share klo untuk sejarah kebon balong yg berlokasi sblh utara sindang barang akang tau tdk, krn dri dl sampai sekarang sumur di kebon balong di keramatkan oleh orang cirebon
BalasHapus👍👍👍👍
BalasHapus👍👍👍
BalasHapus